Kamis, 03 Maret 2011

Inilah alasan mengapa indonesia miskin dan malaysia kaya


Pengusaha Real Estate Indonesia, Ir. Ciputra mengatakan, akar dari kemiskinan di Indonesia bukan hanya akibat akses pendidikan, karena hal itu hanyalah penyebab sebagian kecil. Tapi yang menjadi akar dari kemiskinan di Indonesia, karena negara tidak mengembangkan, tidak mengajarkan entrepreneurship dan jiwa entrepreneur dengan baik pada masyarakatnya.
Entrepreneur atau wirausahawan, adalah seseorang yang mampu mengubah kotoran atau rongsokan menjadi emas.
Indonesia banyak menciptakan sarjana pencari kerja, bukan pencipta lapangan kerja, itu membuat masyarakat Indonesia terbiasa makan gaji sehingga tidak mandiri dan kreatif. Indonesia selama ini hanya mencetak begitu banyak sarjana yang hanya mengandalkan kemampuan akademisnya, tetapi tidak menjadikan mereka lulusan yang kreatif.
Malaysia punya lebih banyak wirausahawan daripada Indonesia, kini mereka lebih maju karena pendapatannya yang 4 kali lebih besar dari Indonesia.
Makin banyak entrepreneur, seharusnya semakin makmur negara itu. Ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) David McClelland pernah menjelaskan bahwa suatu negara disebut makmur jika minimal mempunyai jumlah wirausahawan minimal 2% dari jumlah penduduk di negara tersebut.
Menurut Ir Antonius Tanan, Direktur Human Resources Development (HRD) Ciputra Group yang juga menangani Ciputra Entrepreneurship School (CES), bahwa pada 2007 lalu AS memiliki 11,5% wirausahawan di negaranya.
Sementara itu, Singapura memunyai 4,24 juta wirausahawan pada 2001 atau sekitar 2,1 %. Dan 4 tahun kemudian (2006) jumlah tersebut meningkat menjadi 7,2%, sedangkan Indonesia hanya memiliki 0,18% jumlah wirausahawan (sampai dengan bulan Desember 2010).
Sedangkan Malaysia, yang kita pakai perbandingan, jumlah wirausahawan di negara tersebut sudah mencapai 2.1% (sampai dengan bulan Desember 2010).
Indonesia terlalu banyak memiliki perguruan tinggi dan terlalu banyak menghasilkan sarjana, tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan kerja. Akhirnya kita hanya banyak melahirkan pengangguran terdidik, tahun 2008 saja Indonesia punya 1,1 juta penganggur yang merupakan lulusan perguruan tinggi (S1).
Generasi muda Indonesia kebanyakan tidak memiliki kemampuan menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri karena mereka terbiasa berpikir untuk mencari kerja. Pikiran itu mungkin sudah tertanam sejak mereka kecil. Sekolah, Lulus, Kuliah, Tamat, Cari Kerja. Paling banter juga rebutan cari kursi PNS.
Bagaimana Menurutmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar